Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog

Pengikut

Islam dan Betawi merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan.Bahkan sebutan"Betawi" hanya bisa digunakan oleh penduduk asli Jakarta yang beragama islam.Sedengkan penduduk asli jakarta yang beragama kristen secara turun temurun biasanya disebut dengan daerah asalnya.
Persentuhan Islam dengan budaya Betawi tanpa menimbulkan konflik.Hal ini bisa terjadi karena Islam yang hadir di Betawi lebih bermadzhab Syafi'i dan berpaham Ahli Sunnah Wal Jama'ah yang cenderung lebih toleran inklusif serta menghargai budaya dan tradisi lokal.Bahwa penyebaran keilmuan Islam di Betawi abad ke-19 dan 20 merupakan hubungan intelektual ulama Betawi yang belajar kepada sejumlah ulama Makkah yang berbeda.Bahkan pada abad ke-18 sudah ada ulama Betawi yang bernama abdurrahman Al-Masri Al-Batawi yang menimba ilmu di Makkah.Nama belakang yang dipakai para ulama nusantara Indonesia merupakan nama sebuah daerah.Seperti Abdul Shomad al-Palimbani(1704-1788) dari Palembang,Muhammad Arsyad al-Banjari (1710-1812) yang berasal dari Banjar,Kalsel.Syech imam nawawi al-Bantani al-Jawawi yang berasal dari jawa.
Ulama Betawi pada abad ke-19 pasca Abdurrahman Al-Masri Al-Batawi adalah Syaikh Junaedi Al-Batawi,menurut C. Snouck Hurgronje,merupakan sesepuh para profesor Jawi yang berasal dari Betawi yang menetap selama 50 tahun di Makkah.
Ulama berikut adalah Sayyid Usman bin Abdullah bin Aqil bin Yahya (1822-1914).Banyak ulama Betawi yang merupakan murid dari Habib Ali dan dididik di Madrasah Unwanul Falah.Di Jakarta ,orang Betawi asli sangat menghormati ulama keturunan Ahlul bait(keturunan dari keluarga Nabi Muhammad SAW) ini bisa dilihat dari setiap rumah orang Betawi asli memajang foto Ahlul Bait daripada ulama setempat atau nusantara.
 
© Copyright 2010Ulama-ulama betawi All Rights Reserved.